traveldraft

Papeda, Menu Wajib Pecinta Kuliner Maluku

Di tanah Maluku, adat budaya berkembang dengan baik secara turun-temurun. Begitu pula dengan warisan kuliner yang dimilikinya, Papeda.

PublishedFebruary 2, 2013

byDgraft Outline

Papeda merupakan hasil olah sagu yang wajib disajikan pada upacara-upacara besar. Upacara adat maupun upacara keagamaan. Tak heran bila Papeda merupakan menu wajib bagi siapapun yang datang ke tanah Maluku.

Menu sarapan khas masyarakat Maluku ini diolah dari tepung sagu, alias ’nasinya’ orang Maluku (dan juga Papua). Bubur bertekstur kenyal ini disajikan dengan kuah kuning yang dibuat dari kaldu ikan tongkol dengan bumbu rempah-rempah.

Sementara itu, rasa asam yang segar didapat dari perasan jeruk nipis yang ditambahkan ke dalam kuah. Bayangkan, papeda yang bertekstur kenyal dengan kuah asam yang berpadu sempurna dengan daging ikan yang lembut di mulut. Hmmmm… Rasanya tidak sabar untuk menikmati suapan kedua. Cita rasanya yang segar, sangat pas untuk membangkitkan semangat di pagi hari.

Kuliner ini terbilang unik karena terbuat dari sagu yang didapat dengan cara menotok batang pohon sagu. Pohon yang dipilih untuk dibuat sagu biasanya berumur antara tiga hingga lima tahun. Untuk mendapatkan sagu, pertama-tama pokok sagu dipotong. Kemudian setelah itu bonggolnya diperas hingga sari patinya keluar. Dari sari pati inilah diperoleh tepung sagu murni yang siap untuk diolah. Dan untuk menyimpannya, ada alat khusus bernama tumang.

Proses pembuatan Papeda terbilang sangat sederhana. Tuangkan air dingin secukupnya pada tepung sagu. Kemudian diaduk hingga rata. Setelah membentuk adonan, tuangkan air mendidih secukupnya lalu diaduk hingga rata. Lalu selepas adonan tersebut tercampur dengan sempurna, Papeda siap dihidangkan.

Untuk lauknya, biasanya menggunakan ikan tongkol. Selain tongkol, ada beberapa ikan lain yang bisa dinikmati dengan papeda. Seperti; ikan gabus, kakap merah, bubara, hingga ikan kue. Selain kuah kuning dan ikan, bubur papeda juga bisa dinikmati dengan sayur ganemo yang diolah dari daun melinjo muda yang ditumis dengan bunga pepaya muda dan cabai merah. Cubitan rasa pahit dan tekstur bunga pepaya yang renyah makin memanjakan lidah Anda dengan stok rasa yang istimewa.

Sebenarnya kunci kenikmatan dari kuliner unik ini adalah kelembutan Papeda serta Kuah asam yang segar. Papeda sendiri sebenarnya adalah bentuk lain dari “nasi” bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Bagi yang tidak biasa menikmati kuliner ini, mungkin akan sedikit aneh dengan tampilan Papeda. Secara kasat mata, Papeda tidak ubahnya seperti lem kanji. Papeda pun sangat lengket, oleh karena itu diperlukan sedikit kerja keras untuk menikmati hidangan ini.

Hal yang menarik dari Papeda tidak hanya pada cita rasa yang kaya pada hasil olahannya. Sehingga Papeda menjadi primadona di Maluku. Lebih dari sekedar itu. Papeda yang berbahan dasar sagu inilah yang menjadi unik dan menarik. Masyarakat Maluku memperlakukan sagu yang tumbuh di wilayahnya dengan baik. Pohon sagu identik dengan Maluku, seperti halnya Pohon Lontar bagi orang sawu dan Rote.

Bagi masyarakat di daerah Maluku, pohon Sagu melambangkan sumber hidup rakyat sejak purbakala. Tekstur luar pohon sagu berduri, tetapi di dalamnya dapat menghasilkan makanan yang lembut. Dikatakan sumber hidup karena keseluruhan pohon sagu dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup orang Maluku.

Misalnya, daun Sagu dapat dijadikan sebagai atap rumah, juga dapat digunakan sebagai wadah. Dahannya dapat dijadikan sebagai dinding rumah ( gaba-gaba ). Batangnya dapat diolah untuk bahan dasar makanan tradisional Maluku, selain untuk diolah menjadi papeda, sagu bisa dibakar dan dikeringkan.

Sagu (makanan tradisional orang Maluku sejak dulu). Dapat dimaknai sebagai simbol eksistensi orang Maluku. Sagu juga dijadikan simbol kesatuan masyarakat Maluku. Sagu adalah identitas orang Maluku yang telah diwariskan oleh orang tua sejak dulu sampai saat ini. Meski masyarakat di Maluku memiliki perbedaan, Sagu dapat menjadi alat pemersatu perbedaan tersebut. Inilah yang dimaksud dari eksistensi orang Maluku.

Alasan-alasan tersebutlah yang menjadikan sagu pada masakan Papeda menjadi begitu bermakna. Maka tidak heran pula jika Papeda menjadi primadona di tiap hidangan saat acara besar. Siapa pun yang datang ke Maluku, akan menyesal jika tidak mencicipi Papeda.