traveldraft

Calung, Alat Musik Tradisional dari Jawa Barat

Secara etimologi, kata calung berasal dari ' caca cici sing kurulung ' yang berarti suara bilah bambu yang dipukul. Ada dua jenis calung yang terdapat di Jawa Barat, yakni Calung Rantay dan Calung Jinjing.

PublishedNovember 5, 2013

byDgraft Outline

Calung adalah alat musik tradisional Jawa Barat yang terdiri dari deretan tabung bambu yang disusun berurutan dengan tangga nada pentatonik. Sekilas, instrumen ini terlihat mirip angklung tetapi dimainkan dengan cara memukul bagian bilah atau tabungnya

Bambu yang dipakai untuk membuat alat musik calung berasal dari jenis awi temen (Gigantochloa Atter (Hassk). Kurz ) atau awi wulung (Gigantochloa Atroviolacea Widjaja ). Selain itu, Calung yang dikenal di Jawa barat juga ada beberapa jenis, diantaranya, namun masih memiliki hubungan satu sama lain.

Calung Rantay

Calung rantay disebut juga calung renteng, calung gambang atau calung runtuy. Beberapa ahli mengklasifikasikan bahwa calung rantay dan calung gambang berbeda jenis, sebab di beberapa daerah calung gambang memiliki dudukan yang paten, kurang lebih berbentuk seperti xylophon atau kolintang di Minahasa.

Untuk memainkan calug rantay biasanya dipukul menggunakan dua buah alat pemukul sambil duduk bersila. Calung rantay terdiri dari bilah bambu yang diikat dan disusun berderet dengan urutan bambu yang terkecil sampai yang paling besar, selanjutnya tali pengikatnya direntangkan pada dua batang bambu yang melengkung. Jumlahnya tujuh bilah atau lebih.

Komposisinya ada yang berbentuk satu deretan dan ada juga yang berbentung dua deretan, yang besar disebut calung indung (calung induk) dan yang kecil disebut calung rincik (calung anak). Di beberapa daerah seperti di Tasikmalaya, Cibalong, dan Kanekes, calung rantay memiliki ancak khusus dari bambu atau kayu.

Calung Jinjing

Calung jinjing berbentuk tabung-tabung bambu yang digabungkan oleh paniir (sebilah bambu kecil). Berbeda dengan calung rantay, calung jinjing dimainkan dengan cara dipukul sembari dijinjing.

Calung jinjing berasal dari bentuk dasar calung rantay dibagi menjadi empat bagian bentuk wadrita (alat) yang terpisah, yakni calung kingking, calung panepas, calung jongrong, dan calung gonggong. keempat buah alat ini dimainkan oleh empat pemain dan masing-masing memegang calung dalam fungsi berbeda.

Zaman dahulu, para pemuda umumnya memainkan calung disela pekerjaannya mengusir burung dan hama lainnya di sawah. Di Desa Parung, Tasikmalaya terdapat upacara yang disebut calung tarawangsa. Pada upacara ini calung dikolaborasikan dengan alat musik tarawangsa sebagai ritual penghormatan kepada Dewi Sri.

Calung yang biasa dipakai untuk upacara ini yaitu calung rantay. Lagu-lagu yang dibawakan pada saat upacara ini berlangsung berisi puji-puijan kepada Dewi Sri.

Pada perkembangannya, fungsi calung bergeser menjadi pengiring sebuah seni pertunjukan yang bernama calungan. Perpaduan dalam komposisi tabuhan gending, lagu, guyonan (lawakan) menjadi sebuah garapan musik rakyat yang sangat digemari di seluruh lapisan masyarakat, khususnya di Jawa Barat.

Calung yang hidup dan dikenal masyarakat sekarang adalah calung dalam bentuk penyajian seni pertunjukan, dengan mempergunakan waditra yang disebut calung jingjing.