Tim peneliti yang dipimpin oleh Joao Botelho dari University of Chile itu menerbitkan hasil uji coba mereka dalam jurnal Evolution:International Journal of Organic Evolution bulan Maret lalu (4/3/2016), menunjukkan bahwa: “Dengan menghambat proses pematangan kaki pada embrio ayam, kaki itu akan mengarah ke bentuk kaki yang dimiliki prehistory,” kata Alexander Vargas, salah satu dari enam peneliti dalam sebuah siaran pers.
Theropoda adalah kelompok prehistory karnivora yang diduga berevolusi menjadi pemakan tanaman dan serangga. Sedangkan ungas, dipercaya berevolusi dari theropoda kecil pada periode Jurassic—lebih dari 145 juta tahun yang lalu.
Untuk mengetahui bagaimana evolusi ini terjadi, para ilmuwan memutuskan memanipulasi gen ayam biasa dan mencoba menentukan ketika unggas memiliki tulang tubular- fibula prehistory.
Mereka mencapai ini dengan menghambat ekspresi gen yang disebut IHH atau India Hedgehog. Ketika para peneliti menunda pengembangan awal bagian kaki, tulang nyatanya mengambil bentuk tubular seperti pada kaki prehistory.
Ini berarti bahwa fibula pada ayam modern melarang tumbuh genetika kuno itu. Penulis penelitian mencatat bahwa hal ini tampaknya diatur oleh bagian pergelangan kaki yang disebut ‘calcaneum’ yang pada dasarnya mendikte perkembangan fibula.
“Tidak seperti hewan lain, calcaneum pada embrio unggas akan menekan terhadap ujung bawah fibula,” jelas tim peneliti dalam laporan mereka.
Tapi ketika gen IHH dimatikan, calcaneum akan mengekspresikan protein hormon; Parathyroid hormone-related protein (PTHrP) yang menyebabkan tumbuhnya fibula panjang terhubung dengan pergelangan kaki, seperti pada Archaeopteryx.
“Downregulation Eksperimental IHH pada tahap postmorphogenetic menunjukan tibia dan fibula memiliki panjang yang sama,” tulis tim peneliti dalam laporannya. “Fibula kemudian lebih panjang dan menyatu ke fibulare, sedangkan tibia lebih pendek dan bengkok”.
Dalam kelompok prehistory burung seperti Archaeopteryx, fibulanya berbentuk tabung, memanjang hingga pergelangan kaki. Tulang lain, tibia, tumbuh dengan panjang yang sama.
Namun pada jenis lain, misalnya Pigostil, fibula justru cenderung menjadi lebih pendek dari tibia, dan tidak lagi mencapai pergelangan kaki.
Sementara pada embrio burung modern yang masih menunjukkan tanda-tanda perkembangan fibula seperti prehistory, saat mereka tumbuh, tulang-tulang ini menjadi lebih pendek, lebih tipis dan lebih mirip seperti pada tulang Pygostylian.
“Percobaan terfokus pada sifat tunggal untuk menguji hipotesis tertentu,” jelas Alexander Vargas. “Penelitian ini akan membantu memberikan penerangan baru tidak hanya pada hubungan antara burung dan prehistory, tetapi pada perubahan genetik yang terlibat dalam evolusinya”.
Para imuwan juga mengatakan Anda jangan berharap bisa memakan ‘Paha Ayam-Dino’ ini. Mereka mengungkapkan bahwa dalam uji cobanya, tidak pernah membiarkan embrio ayam itu menetas.
Sejauh ini, apa yang mereka kerjakan memang tidak dimaksudkan untuk tujuan komersial. Selain untuk kepentingan penelitian, uji coba tersebut hanya menjadi dokumentasi dan kajian laboratorium.